Sabtu, 08 Desember 2012
LEASA DAN MAULANI
Pada pertengahan abad ke-17, kompeni VOC menjalankan menopoli perdagangan rempah – rempah di Maluku. Untuk tujuan tersebut, maka dijalankan Pelayaran Hongi (Hongitochten) yaitu pelayaran untuk membasmi tanaman cengkih yang tidak termasuk dalam wilayah kekuasaan kompeni.
Pada waktu itu di jazirah Leitimor belum banyak ditanami pohon cengkihsehingga kapitan – kapitan di daerah ini sering dimanfaatkan kompeni untuk menjalankan pelayaran tersebut. Tindakan ini dirasakan sangat merugikan masyarakat sehingga tidak disetujui oleh orang – orang Ternate yang sebagian besar berdiam di jazirah Hoamual, Seram Barat. Akibatnya dengan bantuan Makassar,
Raja Luhu di Hoamual melakukan perlawanan terhadap kompeni dibantu kapitan – kapitan dari Leitimor yang disebut Perang Hoamual. Di antara kapitan yang membantu kompeni adalah Latumeten dan Angkotta dari semenanjung Nusaniwe. Dalam perlawanan tersebut raja beserta para kapitan Luhu berhasil dibunuh, kecuali Kapitan Leasa ( = Lessa ) dan Maulani. Kapitan Angkotta dan Latumeten selanjutnya mengambil Leasa dan Maulani masing – masing sebagai anak angkat mereka dan bersama – sama berdiam di semenanjung Nusaniwe.
Matarumah Maulani memiliki hubungan saudara dengan matarumah Singkery sehingga keduanya menggunakan gelar matarumah yang sama.