Dari pulau Jawa datanglah beberapa kapitan yang menurunkan matarumah Mahulette . Dahulu daerah perbukitan semenanjung Nusaniwe banyak ditumbuhi alang – alang / ilalang. Leluhur matarumah ini menyangka alang – alang tersebut sebagai tanaman padi (tanaman pengenal suku Jawa) sehingga mereka menuju ke pantai utara semenanjung ini.
Dalam perjalanan mereka membawa air yang diisi dalam ruas bambu dan sebuah payung untuk melindungi mereka dari terik matahari. Pada waktu singgah di semenanjung Nusaniwe, saudara mereka yang bungsu melanjutkan perjalanan ke Hitu.
Sebelum berpisah mereka menanam bambu berisi air yang dibawa mereka Bambu berisi air tersebut kemudian menjelma menjadi sebuah mata air bernama Wewai di labuhan persinggahan mereka. Rombongan Mahulette kemudian melanjutkan perjalanan ke Ukuhuri dan Soapapala, sedangkan saudara mereka yang bungsu dengan menggunakan perahu berlayar menurunkan matarumah ini di bagian belakang jazirah Leihitu. Ketika rombongan ini tiba di pedalaman Ukuhuri mereka beristirahat dan melakukan makan bersama tetapi tidak menemukan sumber air.
Payung yang dibawa mereka dalam perjalanan kemudian ditusuk ke dalam tanah dan mengalir sebuah mata air bernama Wermatan. Payung tersebut kemudian menjelma menjadi serumpun pohon paku berbentuk payung di sekitar mata air ini. Setelah melakukan makan bersama sebagian dari mereka melanjutkan perjalanan ke Soapapala. Kedatangan matarumah ini berhubungan dengan labah – labah sehingga mereka dijuluki Hahulawa.