Sabtu, 08 Desember 2012

CERITA KENARI BONGKO

Pada waktu Salhuteru memerintah di Ukuhuri, kapitan negeri Seilale yang berasal dari Gorom bernama Pattinaelai (kelak dipermandikan dengan nama Loppies sebagai Raja Seilale) ditawan oleh kapitan matarumah Laukon bernama Nakutulaisou di negeri Kilang. Pattinaelai kemudian dibebaskan kebali ke negeri Seilale oleh seorang kapitan Seilale lainnya bernama Hurihatur (Kapitan matarumah Kailola). Hurihatur adalah tukang sunat keturunan seorang seorang imam bernama Wahit di negeri Kailolo. Kapitan Nakutulaisou kemudian datang ke Ukuhuri dan Seilale untuk melakukan perlawanan dengan kapitan Hurihatur. Ketika mendengar bahwa kapitan Nakutulaisou memasuki daerah kekuasaannya untuk melakukan perlawanan, Salhuteru sangat marah dan berjanji akan memberikan anak gadisnya kepada kapitan yang dapat membawa kepala Nakutulaisou secara utuh kepadanya. Pada waktu tiba di semenanjung Nusaniwe, Nakutulaisou bertemu dengan kapitan Hurihatur yang sedang memanjat sebuah pohon kenari yang oleh penduduk setempat disebut Kenari Bongko. Nakutulaisou meminta kenari diberikan oleh Hurihatur, tetapi ketika Hurihatur meminta pinang, Nakutulaisou memberinya di ujung parang sambil menyerang Hurihatur. Dalam perkelahian tersebut, Hurihatur berhasil memenggal kepala Nakutulaisou dan memotong lidahnya.[Peristiwa ini menyebabkan matarumah Kailola dilarang menerima sesuatu dari matarumah Laukon]. Kepala tanpa lidah tersebut, kemudian ditemukan oleh seorang kapitan bernama Oppier dan membawanya kepada Salhuteru agar dapat mengawini anak gadis kapitan tersebut. Lasanteru kemudian mengawinkan anak gadisnya dengan kapitan Oppier, tetapi ketika perkawinan tersebut hendak dilangsungkan, datanglah kapitan Hurihatur dan menceritakan kejadian yang sebenarnya bahwa yang membunuh Nakutulaisou adalah Hurihatur dan kepala Nakutulaisou yang dibawa kapitan Oppier tidak utuh karena tidak memiliki lidah. Hurihatur menyindir kapitan Oppier dengan julukan Latu Seri Poppot (de vorst die Versot is op Vrouwelijke Schaamdeleen) yang dapat diartikan sebagai Kapitan ‘Mata‘ Perempuan. Gelar ini kemudian diperpendek menjadi Latusripa yang digunakan sebagai gelar matarumah Oppier hingga saat ini. Akibat peristiwa tersebut Lasanteru dari Ukuhuri (Kelak disebut Latuhalat) menjalin hubungan persaudaraan dengan kapitan Hurihatur (Matarumah Kailola) di negeri Seilale. Latar belakang inilah yang menyebabkan kedua negeri ini mengaku sebagai “ Negeri Kembar “ dan bersepakat untuk menetap dalam suatu petuanan hingga saat ini.