PANTAI NAMALATU LATUHALAT |
Timba Laor
Laor adalah sebuatan untuk cacing laut yang biasa dikonsumsi orang Ambon. Istilah ini mula2 digunakan orang di Leitimor pulau Ambon, terutama orang2 di semenanjung Nusaniwe (Rumphius, 1705). Di Ternate disebut Wawo, sedangkan di Banda disebut Oelo (Uli), Di Hitu dan Saparua di sebut Melaten, Di Sumba biasa dong bilang Nyale. Laor pung nama ilmiah : Lysidice oelo Horst. Horst adalah peneliti dalam ekspedisi Siboga yang pernah melakukan penelitian tentang Laor. Laor biasa muncul bulan Maret/ April karena pengaruh siklus bulan dan matahari. Hewan ini biasa hidup di karang2 jadi kalo pigi timba laor biasa di atas karang atau dilaut terbuka. Alat yang digunakan voor timba laor biasanya Siru-siru atau tanggo sedangkan alat penerang berupa obor atau lampu petromaks. Laor paling suka cahaya yang terang makanya kalo pigi timba laor harus pake alat penerang supaya akang muncul. Kalo pergi timba laor seng boleh baribot nanti laor masuk ke lobang karang. Sebaiknya bawa perempuan2 yang belum kawin karena laor suka dengan gadis2 (Rumphius, 1705), Maklum...laor muncul ke permukaan air oleh karena musim kawin. Tempat2 yang biasa ramai di Ambon kalo musim timba laor adalah pantai Airlow, dan beberapa sepanjang pantai Latuhalat. Timba Laor merupakan atraksi wisata yang cukup terkenal di Latuhalat pada bulan Maret/April. Laor memiliki kandungan protein kurang lebih 3x dibanding protein ikan dan mengandung vitamin tertentu, misalnya B 12 (Radjawane, 1982)..makanya laor sangat baik untuk dikonsumsikan.