Ini mungkin agak membuat beta agak terkejut ketika pulang vakansi di ambon Des 2011.
Muri itu kampung .beta punya tempat tinggal di bawah gunung plakman seperti di ketahui pada saat itu di ambon bulan nopember baru saja meletus kerusuhan di dalam kota namun hal ini tidak menyurutkan langkah pedagang pedagang dari jawa untuk menjual dagangan di daerah latuhalat seperti tertera di foto ini adalah pedagang sayur yang berasal dari jawa timur tepatnya dari trenggalek.
ini sekaligus menyatakan bahwa latuhalat memang aman bagi siapa pun masuk di kampung latuhalat.
Jumat, 23 November 2012
HARAPAN ANAK NEGERI LATUHALAT
Latuhalat dengan jumblah penduduk serta jumblah kampung yang begitu banyak mempunyai aset serta sebagai daerah pendukung bagi kelangsungan pembangaunan di kota ambon .
Justru dengan jumblah penduduk yang begitu banyak Negeri Latuhalat 3 orang anak negeri yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Maluku ketiga orang itu adalah Saudara Denny lekatompessy , Saudara Jusuf latumeten dan Saudara Ayub Leasa. mungkin ini sebagai suatu kemajuan yang begitu pesat dan berkat Tete manis sehingga di Kecamatan Nusaniwe Latuhalat bisa menampatkan 3 orang warganya duduk sebagai annggota dewan ,dengan adanya wakil rakyat berjumblah 3 orang semakin mudah bagi warga latuhalat bisa menyampaikan aspirasi menyangkut masalah masalah yang dihadapi warga, mengingat ketiga saudara diangkat oleh masyarakat untuk menyuarakan aspirasi masyarakat sebagai suatu contoh : Bidang Pendidikan yang menyangkut biaya pendaftaran masuk sekolah baik itu untuk SD, SLTP maupun SMU mungkin bisa pantau wajar apa tidak wajar biaya biaya yang di patok oleh setiap kepala sekolah serta komite sekolah .
Bidang Pemerintahan yang menyangkut peranan dan tanggung jawab moril serta tugas pelaksana desa dalam hal ini Baparaja serta staf stafnya tranparan dalam mengelolah sumber sumber dana serta subsidi yang terima oleh pemerintah desa kiranya dapat di pantau serta di ketahui oleh masyarakat mengingat diera demokrasi seperti yang di butuhkan adalah suatu tansparan dalam mengelolah dana
Bidang Perikanan untuk di ketahui masyarakan latruhalat dengan latar belakang sebagai nelayan sangat membutuhkan bantuan berupa rumpon yang mana dengan adanya rumpon sekaligus bisa meningkatkan sumber pendapatan para nelayan justru itu munhgkin melalui dialog dengan pihak pihak terkait masyarakat bisa memperoleh 2 atau 3 rumpon.
Demikian ini dulu suara dari kami masyarakat bisa di dengar oleh saudara anggota dewan bertiga dan semoga harapan yang sudah diberikan tidak sia sia. selamat berjuang memajukan negeri latuhalat yang manise. Tuhan Berkati
CERITA BULU PAMALI
Pada zaman dulu ada seorang lelaki yang pekerjaanya mencari kayu bakar di hutan. Suatu ketika dengan menggunakan perahu ia tiba di pantai Latuhalat. Tepatnya di ujung tanjung Latuhalat, Dusun Waimahu kemudian ia berjalan mendaki bukit, menuruni lembah naik dan sampailah ia di puncak gunung lalu ia mencari kayu-kayu di situ. Ketika matahari mulai terbenam lalu ia beristirahat, ia hendak menuruni lembah menuju ke pantai. Tetapi hari sudah malam, maka ia menggambil keputusan untuk bermalam di situ.
Kemudian ia melihat-lihat dan matanya tertuju disuatu tempat yang sangat bersih. Malam itu bulan purnama cahayanya terang-menerang menerangi tempat itu. Ia hendak tidur tetapi ia belum dapat memejamkan mata, ia diganggu binatang-binatang kecil antara lain, agas, nyamuk dan ular. Tiba-tiba seekor ular datang menelanya kemudian memuntahkanya kembali tiba-tiba bunyi gemuruh seakan-akan membelah bumi ini, ia menjadi takut dan merinding bulu romanya.
Saat itu pula berdirilah seorang bapak tua, yang tinggi dan berbadan besar. Dan ia sempat menoleh kebelakang ia melihat hanya satu mata pohon bulu tumbuh di tempat itu. Dengan kemarahanya bapak tua itu bertanya ”Hai anak muda, siapa namamu dan dari mana asalmu?” Lelaki itu menjawab, Saya bernama Yongker, asal dari manipa dan tinggal di benteng. Bapak tua itu kembali bertanya, mengapa kamu memasuki petuananku dan merusak hutan-hutan yang ada di daerahku? Maka dengan takut dan gemetar Yongker bersembah sujud didepan bapak tua, dan bertanya ”Bapak ampunilah dan kasihilah saya, saya ini tak beribu, tak berayah, pekerjaanku sehari-hari mencari kayu di hutan, dijual demi kebutuhan hidup saya.
Maka terkeraklah hati pak tua, dengan penuh kasih sayang ia bertanya apa yang kamu mau? Yongker menjawab; apa saja yang bapak berikan saya menerimanya. Maka tiba-tiba bapak tua itu mengambil sepotong bulu kemudian menikam Yongker dari ujung kepala sampai ke ujung kaki dan bulu itu di cabut kembali, saat itu mendapat kekuatan baru karena sudah di bekali dengan ilmu kekebalan tubuh dari pak tua, untuk menjaga diri dari binatang-binatang buas, dan orang-orang jahat.
Tiba-tiba ia menoleh ke belakang ia melihat satu pohon mata bulu berdiri tegak dan tujuh helai daun bulu itu terlepas dari tangkainya. Tetapi daun itu tidak jatuh di bawah pohon bulu itu namun ditiup angin dan tujuh helai daun itu bertebrangan dan jatuh di tengah-tengah laut dan tiba-tiba daun-daun itu berubah menjadi tujuh buah pulau kecil, yang kini disebut orang pulau tujuh. Tiba-tiba pohon bulu itu hilang bersamaan dengan menghilangnya bapak tua itu.
Dengan demikian tempat dimana Yongker beristirahat tetap bersih sampai saat ini. Penduduk desa Latuhalat khususnya dusun Waimahu menganggap tempat ini tempat yang keramat, dan pohon bulu itu di kenal dengan nama ”Bulu Pamali’’. Karena tumbuh dan hilangnya mata bulu itu secara misterius. Mata bulu itu dapat muncul sewakru-waktu dan dapat dilihat oleh orang-orang tertentu yaitu orang-orang yang mempunyai petuanan di situ. Inilah kisah tentang ”Bulu Pamali’’. Dari cerita ini saya mau bilang untuk kita semua bahwa bambu atau bulu mempunyai banyak kegunaan antara lain;
- Bagi penduduk Latuhalat mereka mengelola bambu menjadi bubu sebagai alat penangkap ikan
- Bambu yang masih muda dapat dijadikan tali alami.
- Bambu dapat dijadikan alat musik tradisional.
- Tunas bambu atau dikenal dengan nama rebung dapat di jadikan sayur.
Saya juga ingin pesankan kepada kita semua
- Jangan kita memasuki petuanan orang lain tanpa seizin yang empunya.
Marilah kita menjaga dan melestarikan hutan dan lingkungan sekitar agar tetap aman, sehat, rapih, dan indah, atau dikenal dengan sebutan ASRI.
PELA NEGERI LATUHALAT DAN NEGERI ALLANG
Pela diantara Negeri Latuhalat dan Negeri Alang , ini satu pela yang tertua diseluruh Maluku ; sebab pela ini terjadi sebelum orang2 Portogal dan Belanda menduduki Maluku ; selagi Maluku ada dibawah keperintahan Hindu2.
:"Pokoknya sehingga menjadi Pela "
Pada satu ketika ada seorang anak keturunan Bangsawan dari Negeri Alang , yang bernama Huwae Lili Tupa berjalan dengan orang pengikutnya berburu atau menyumpit burung dan bertamasyah di sekitar pulau Ambon.
Tiba-tiba anak Bangsawan Alang itu sampai ke Latuhalat , dan berjalan dipesisir pantai Malulang ; pada ketika itu anak Bangsawan Alang atau Huwae Lili Tupa ini , melihat ada seorang anak gadis yang cantik lagi elok parasnya ; sehingga anak Bangsawan ini menaruh kecintaan terhadap anak gadis tersebut.
Sesudah anak Bangsawan ini pulang ( kembali ke Alang ) maka ia disambut oleh ibu dan bapaknya sambil menanya apa hasilnya dalam perburuhannya dan apa yang ia dapat dalam perjalanannya itu. Maka anak Bangsawan itu , memberitahukan kepada ibu dan bapanya ; bahwa ia telah melihat seorang anak gadis yang cantik dan elok parasnya : di negeri Latuhalat sambil ia bermohon ; supaya ibu dan bapanya mau datang ke Latuhalat , meminangkan anak gadis itu untuk menjadi istrinya yang chats.
Ketika ibu dan bapak anak Bangsawan itu , mendengar permintaan anaknya mereka , maka ibu dan bapak bersetujuh untuk datang ke Latuhalat mintah anak gadis itu untuk menjadi isteri bagi anaknya. Tidak lama lagi ibu dan bapaknya menghimpunkan segala segala kaum keluarganya serta orang2 Bangsawan Alang sambil memberi tahuka maksud dan tujuhan dari anak tersebut bagi mereka ; setelah kaum keluarga dan Bangsawan -bangsawan Alang mendengar maksud dan tujuhan dari anak itu maka mereka bersetujuh dengan maksud dari anak itu.
Dengan tidak lama lagi , maka datanglah ibu dan bapanya dengan beberapa orang2 Bangsawan Alang untuk bertemu dengan orang tua dari anak gadis itu ; setelah kabar ini di dengar oleh orang tuanya anak gadis itu , maka sebentar juga mereka memanggil orang Bangsawan Latuhalat berkumpul dirumah anak gadis itu untuk menantikan tamu Agung itu. Setelah orang tua dari anak Bangsawan dan orang2 Bangsawan Alang tibah di Malulang dirumah anak gadis itu , maka mereka bersalam-salaman satu dengan yang lain , sebagai Adat Istiadat yang dipakai di Maluku ; sesudah itu tamu Agung tersebut , disalahkan masuk ; seraya diberi tempat duduk bagi masing-masing tetamunya.
Sesudah mereka duduk . maka mereka diberi keluasan untuk memberitahukan maksud dan tujuhan ; kedatangan mereka itu , untuk didengan oleh orang tua dari anak gadis itu ,beserta orang2 Bangsawan Latuhalat tersebut. Maka mulailah mereka sampai maksud dan tujuhan mereka bahwa kedatangan mereka itu tidak lain dan tidak bukan hanya untuk meminang anak gadis itu , untuk menjadi isteri dari ananknya yang bernama HUWAE LILI TUPA ; setelah sudah ibu dan bapa anak gadis iru dengar ; beserta Bangsawan 2 yang ada disitu ; maka mereka mengambulkan permintaan ibu , bapa dan orang2 Bangsawan Alang tersebut . Sesudahnya mereka menerima permintah dari orang tua2 dan orang2 Bangsawan Alang itu , maka ditentukan hari perkawinan kedua anak itu yang akan dilangsungnya.
Sesudah selesai segala perundingannya diantara orang2 tua2 dam orang Bangsawan2 dari kedua belah fihak , maka orang tua dan orang2 Bangsawan Alang itu , bermohon untuk mereka undurkan diri dan kembali ke Alang ;permintaan ini diterima oleh orang tua anak gadis tersebut berserta orang2 Bangsawan yang hadir disitu.
Sepeninggalnya tamu2 agung itu , maka moyang Sakti Tawan mencurahkan perasahannya bagi orang tua anak gadis itu dan orang2 yang berada disitu ; bahwa moyang Sakti Tawan enggang hatinya untuk berikan anak gadis itu untuk menjadi isteri dari anak Bangsawan Alang. Serta didengar oleh orang tua dari anak gadis itu serta orang2 Bangsawan tersebut , maka mereka merasa malu kepada orang tua dan Bangsawan2 Alang ; lalu moyang Sakti Tawan menyampaikan maksudnya : "Bahwa ia bermaksud untuk buat satu patung ( boneka ) yang sepadam dan serupa dengan anak gadis itu ; untuk diserahkan menjadi isteri dari anak Bangsawan Alang ( Huwae Llili Tupa ) tersebut ":
Sesudah mereka mendengar maksud dari moyang Sakti Tawan ini , maka mereka bersetujuh; setelah moyang Skati Tawan mendengar yang merea bersetujuh dengan maksudya maka moyang Sakti Tawan telah memberi perintah kepada hamba2nya pergi tebang sebatang pohon sagu yang ada didalam dusun Waaipuang ; lalu belah batang sagu itu dan ambil isi batang sagu itu yang di bilang Meor ; bawah datang kepada moyang Sakti Tawan.
Ketika hamba2nya membawa isi batang sagu itu datang dan diserahkan kepada moyang Sakti Tawan , maka mulailah moyang Sakti Tawan ukirkan hati batang sagu itu sehingga serupa dan sepadam dengan anak gadis tersebut. Patung ( boneka ) itu bisa berjalan bisa duduk minim rokok bisa bikin muka tersenyum ; tetapi tidah bisa bicara.
Sekarang moyang Sakti Tawan memerintah hamba2nya lagi untuk pergi potong kayu2 untuk dibuat satu Arangbai supaya manakala datangnya hari yang sudah ditentukan untuk anak gadis itu harus keluar dari Latuhalat datang ke Alang , maka Patung ( boneka ) itu harus naik di Arangbai yang dibuat oleh moyang Sakti Tawan itu.Sesudah Patung dan Arangbai itu sudah selesai . maka ada salah seorang bertanya moyang Sakti Tawan begini: " Apa Upu punya Arangbai itu sudah betul ?lalu moyang Sakti Tawan periksa Arangbai itu lagi ; maka moyang Sakti Tawan lihat ada kurang satu lolang dinunas bahagian belakang : terus moyang Sakti Tawan bilang buat itu orang , bahwa mulai dari hari ini Upu dan turunan Upu bernama SOPLANTILA yang artinya Mata Suanggi " :.
Setelah tibah waktu dan harinya untuk datang dalam nikahnya ; maka datanglah orang tua dari anak Bangsawan Alang yang diiring oleh berapa orang Bangsawan datang dengan Arangbai ke Latuhalat dan singga di pelabuhan Malulang tempat kediaman anak gadis itu.
Sesudah mereka sampai di Malulang , maka mereka disambut oleh orang tua daru gadis tersebut , dengan beberapa orang Bangsawan juga ; dengan riu rendah sebagai kebiasan ; menurut ada istiadat dari tiap2 negeri di Maluku. Sesudah itu , Arangbai yang disediah untuk anak gadis itupun telah telah tersediah dengan orang2 yang harus menghentar anak gadis itu datang ke Alang ; dan sebelum mereka bermohon untuk kembali ke Alang , maka moyang Sakti Tawan telah menungjuk seorang dayang yang kena di percayai duduk bersama-sama dengan gadis itu didalam Ten dari Arangbai itu ; sambil moyang Sakti Tawan telah memberi perintah bagu dayang itu begini :" Bahwa jikalau mereka sudah sampai di tanjung yang bernama Hattu dan lihat kalau patung ( boneka ) itu tunduk mukanya kedalam laut , maka dayang itu harus angkat dari pantat Patung itu buang kedalam air jangan tinggal sampai datang ke Alang": .
Kebetulan sesampai mereka di tanjung Nama Hattu itu , maka dengan segra Patung ( boneka ) itu tunduk mukanya kedalam air laut ; pada ketika itu juga dayang itu mengerjakanperintah dari moyang Sakti Tawan itu , terus Patung ( boneka )itu jatuh kedalam laut dan tenggelam ; lalu dayang itu berteriak dengan suara yang keras dan terkejut , bahwa tuan Puteri sudah tenggelam ; ketika anak Bangsawan ( HUWAE LILI TUPA ) ini mendengar yang isterinya telah tenggelam , maka dengan tidak ragu-ragu lagi ia terjun dirinya untuk menolong isterinya itu.
Tetapi sayang dibalik sayang ; bahwa ia tidak mendapat isterinya yang tenggelamg itu ; melainkan tubuh anak Bangsawan ( HUWAE LILI TUPA ) itu telah berobah menjadi Buaya. Sedang pada waktu itu yag sama itu juga , anak gadis yang bersembunyikan dirinya diatas solder di Malulangpun tubuhnya berobah menjadi Buaya tembaga yang ada sampai pada saat ini didalam Mata Rumah yang sekarang pakai Fam Lekatompessy.
Sesudah tiga hari lamanya baharu Patung ( boneka ) itu terdampar dimuka pelabuhan LELIBOY . Ketika orang Leliboy mendapat Patung ( boneka ) itu ; lalu orang Leliboy bilang begini :" Bahwa Alang mata buta kawin MEOR disangka orang.
Dengan keadaan yang terjadi ini , maka datanglah orang tua orang2 Bangsawan Alang ke Latuhalat untuk mengangkat satu perjanjian persaudaraan yang dibilang Pela antara NEGERI LATUHALAT dan NEGERI ALANG. Dengan perjanjian-perjanjian seperti berikut:" Segala anak2 cucu dari Alang dan Latuhalat mau masuk dan keluar tidak boleh kawin mengawin satu dengan yang lain ; siapa anak2cucu yang melanggar perjanjian ini , ia akan mati ; jikalau anak laki2 yang langgar perjanjian ini , mau dari Latuhalat maupun dari Alang dan dia harus mati.
Pela antara Alang dan Latuhalat ini terjadi sebelum Lekatompessy memakai nama Lekatompessy melainkan ada memakai nama Latumeten ; sebab ini ada adik yang bungsu dari moyang Sakti Tawan , Pela ini terjadi kira2 pada tahun 1356 sebelum Portogal dan Belanda menduduki Maluku ; oleh sebab itu dibilang Latumeten tukang dan Lekatompessy pariaman . Inilah ada hikayat dari Pela Alang dan Latuhalat.
:"Pokoknya sehingga menjadi Pela "
Pada satu ketika ada seorang anak keturunan Bangsawan dari Negeri Alang , yang bernama Huwae Lili Tupa berjalan dengan orang pengikutnya berburu atau menyumpit burung dan bertamasyah di sekitar pulau Ambon.
Tiba-tiba anak Bangsawan Alang itu sampai ke Latuhalat , dan berjalan dipesisir pantai Malulang ; pada ketika itu anak Bangsawan Alang atau Huwae Lili Tupa ini , melihat ada seorang anak gadis yang cantik lagi elok parasnya ; sehingga anak Bangsawan ini menaruh kecintaan terhadap anak gadis tersebut.
Sesudah anak Bangsawan ini pulang ( kembali ke Alang ) maka ia disambut oleh ibu dan bapaknya sambil menanya apa hasilnya dalam perburuhannya dan apa yang ia dapat dalam perjalanannya itu. Maka anak Bangsawan itu , memberitahukan kepada ibu dan bapanya ; bahwa ia telah melihat seorang anak gadis yang cantik dan elok parasnya : di negeri Latuhalat sambil ia bermohon ; supaya ibu dan bapanya mau datang ke Latuhalat , meminangkan anak gadis itu untuk menjadi istrinya yang chats.
Ketika ibu dan bapak anak Bangsawan itu , mendengar permintaan anaknya mereka , maka ibu dan bapak bersetujuh untuk datang ke Latuhalat mintah anak gadis itu untuk menjadi isteri bagi anaknya. Tidak lama lagi ibu dan bapaknya menghimpunkan segala segala kaum keluarganya serta orang2 Bangsawan Alang sambil memberi tahuka maksud dan tujuhan dari anak tersebut bagi mereka ; setelah kaum keluarga dan Bangsawan -bangsawan Alang mendengar maksud dan tujuhan dari anak itu maka mereka bersetujuh dengan maksud dari anak itu.
Dengan tidak lama lagi , maka datanglah ibu dan bapanya dengan beberapa orang2 Bangsawan Alang untuk bertemu dengan orang tua dari anak gadis itu ; setelah kabar ini di dengar oleh orang tuanya anak gadis itu , maka sebentar juga mereka memanggil orang Bangsawan Latuhalat berkumpul dirumah anak gadis itu untuk menantikan tamu Agung itu. Setelah orang tua dari anak Bangsawan dan orang2 Bangsawan Alang tibah di Malulang dirumah anak gadis itu , maka mereka bersalam-salaman satu dengan yang lain , sebagai Adat Istiadat yang dipakai di Maluku ; sesudah itu tamu Agung tersebut , disalahkan masuk ; seraya diberi tempat duduk bagi masing-masing tetamunya.
Sesudah mereka duduk . maka mereka diberi keluasan untuk memberitahukan maksud dan tujuhan ; kedatangan mereka itu , untuk didengan oleh orang tua dari anak gadis itu ,beserta orang2 Bangsawan Latuhalat tersebut. Maka mulailah mereka sampai maksud dan tujuhan mereka bahwa kedatangan mereka itu tidak lain dan tidak bukan hanya untuk meminang anak gadis itu , untuk menjadi isteri dari ananknya yang bernama HUWAE LILI TUPA ; setelah sudah ibu dan bapa anak gadis iru dengar ; beserta Bangsawan 2 yang ada disitu ; maka mereka mengambulkan permintaan ibu , bapa dan orang2 Bangsawan Alang tersebut . Sesudahnya mereka menerima permintah dari orang tua2 dan orang2 Bangsawan Alang itu , maka ditentukan hari perkawinan kedua anak itu yang akan dilangsungnya.
Sesudah selesai segala perundingannya diantara orang2 tua2 dam orang Bangsawan2 dari kedua belah fihak , maka orang tua dan orang2 Bangsawan Alang itu , bermohon untuk mereka undurkan diri dan kembali ke Alang ;permintaan ini diterima oleh orang tua anak gadis tersebut berserta orang2 Bangsawan yang hadir disitu.
Sepeninggalnya tamu2 agung itu , maka moyang Sakti Tawan mencurahkan perasahannya bagi orang tua anak gadis itu dan orang2 yang berada disitu ; bahwa moyang Sakti Tawan enggang hatinya untuk berikan anak gadis itu untuk menjadi isteri dari anak Bangsawan Alang. Serta didengar oleh orang tua dari anak gadis itu serta orang2 Bangsawan tersebut , maka mereka merasa malu kepada orang tua dan Bangsawan2 Alang ; lalu moyang Sakti Tawan menyampaikan maksudnya : "Bahwa ia bermaksud untuk buat satu patung ( boneka ) yang sepadam dan serupa dengan anak gadis itu ; untuk diserahkan menjadi isteri dari anak Bangsawan Alang ( Huwae Llili Tupa ) tersebut ":
Sesudah mereka mendengar maksud dari moyang Sakti Tawan ini , maka mereka bersetujuh; setelah moyang Skati Tawan mendengar yang merea bersetujuh dengan maksudya maka moyang Sakti Tawan telah memberi perintah kepada hamba2nya pergi tebang sebatang pohon sagu yang ada didalam dusun Waaipuang ; lalu belah batang sagu itu dan ambil isi batang sagu itu yang di bilang Meor ; bawah datang kepada moyang Sakti Tawan.
Ketika hamba2nya membawa isi batang sagu itu datang dan diserahkan kepada moyang Sakti Tawan , maka mulailah moyang Sakti Tawan ukirkan hati batang sagu itu sehingga serupa dan sepadam dengan anak gadis tersebut. Patung ( boneka ) itu bisa berjalan bisa duduk minim rokok bisa bikin muka tersenyum ; tetapi tidah bisa bicara.
Sekarang moyang Sakti Tawan memerintah hamba2nya lagi untuk pergi potong kayu2 untuk dibuat satu Arangbai supaya manakala datangnya hari yang sudah ditentukan untuk anak gadis itu harus keluar dari Latuhalat datang ke Alang , maka Patung ( boneka ) itu harus naik di Arangbai yang dibuat oleh moyang Sakti Tawan itu.Sesudah Patung dan Arangbai itu sudah selesai . maka ada salah seorang bertanya moyang Sakti Tawan begini: " Apa Upu punya Arangbai itu sudah betul ?lalu moyang Sakti Tawan periksa Arangbai itu lagi ; maka moyang Sakti Tawan lihat ada kurang satu lolang dinunas bahagian belakang : terus moyang Sakti Tawan bilang buat itu orang , bahwa mulai dari hari ini Upu dan turunan Upu bernama SOPLANTILA yang artinya Mata Suanggi " :.
Setelah tibah waktu dan harinya untuk datang dalam nikahnya ; maka datanglah orang tua dari anak Bangsawan Alang yang diiring oleh berapa orang Bangsawan datang dengan Arangbai ke Latuhalat dan singga di pelabuhan Malulang tempat kediaman anak gadis itu.
Sesudah mereka sampai di Malulang , maka mereka disambut oleh orang tua daru gadis tersebut , dengan beberapa orang Bangsawan juga ; dengan riu rendah sebagai kebiasan ; menurut ada istiadat dari tiap2 negeri di Maluku. Sesudah itu , Arangbai yang disediah untuk anak gadis itupun telah telah tersediah dengan orang2 yang harus menghentar anak gadis itu datang ke Alang ; dan sebelum mereka bermohon untuk kembali ke Alang , maka moyang Sakti Tawan telah menungjuk seorang dayang yang kena di percayai duduk bersama-sama dengan gadis itu didalam Ten dari Arangbai itu ; sambil moyang Sakti Tawan telah memberi perintah bagu dayang itu begini :" Bahwa jikalau mereka sudah sampai di tanjung yang bernama Hattu dan lihat kalau patung ( boneka ) itu tunduk mukanya kedalam laut , maka dayang itu harus angkat dari pantat Patung itu buang kedalam air jangan tinggal sampai datang ke Alang": .
Kebetulan sesampai mereka di tanjung Nama Hattu itu , maka dengan segra Patung ( boneka ) itu tunduk mukanya kedalam air laut ; pada ketika itu juga dayang itu mengerjakanperintah dari moyang Sakti Tawan itu , terus Patung ( boneka )itu jatuh kedalam laut dan tenggelam ; lalu dayang itu berteriak dengan suara yang keras dan terkejut , bahwa tuan Puteri sudah tenggelam ; ketika anak Bangsawan ( HUWAE LILI TUPA ) ini mendengar yang isterinya telah tenggelam , maka dengan tidak ragu-ragu lagi ia terjun dirinya untuk menolong isterinya itu.
Tetapi sayang dibalik sayang ; bahwa ia tidak mendapat isterinya yang tenggelamg itu ; melainkan tubuh anak Bangsawan ( HUWAE LILI TUPA ) itu telah berobah menjadi Buaya. Sedang pada waktu itu yag sama itu juga , anak gadis yang bersembunyikan dirinya diatas solder di Malulangpun tubuhnya berobah menjadi Buaya tembaga yang ada sampai pada saat ini didalam Mata Rumah yang sekarang pakai Fam Lekatompessy.
Sesudah tiga hari lamanya baharu Patung ( boneka ) itu terdampar dimuka pelabuhan LELIBOY . Ketika orang Leliboy mendapat Patung ( boneka ) itu ; lalu orang Leliboy bilang begini :" Bahwa Alang mata buta kawin MEOR disangka orang.
Dengan keadaan yang terjadi ini , maka datanglah orang tua orang2 Bangsawan Alang ke Latuhalat untuk mengangkat satu perjanjian persaudaraan yang dibilang Pela antara NEGERI LATUHALAT dan NEGERI ALANG. Dengan perjanjian-perjanjian seperti berikut:" Segala anak2 cucu dari Alang dan Latuhalat mau masuk dan keluar tidak boleh kawin mengawin satu dengan yang lain ; siapa anak2cucu yang melanggar perjanjian ini , ia akan mati ; jikalau anak laki2 yang langgar perjanjian ini , mau dari Latuhalat maupun dari Alang dan dia harus mati.
Pela antara Alang dan Latuhalat ini terjadi sebelum Lekatompessy memakai nama Lekatompessy melainkan ada memakai nama Latumeten ; sebab ini ada adik yang bungsu dari moyang Sakti Tawan , Pela ini terjadi kira2 pada tahun 1356 sebelum Portogal dan Belanda menduduki Maluku ; oleh sebab itu dibilang Latumeten tukang dan Lekatompessy pariaman . Inilah ada hikayat dari Pela Alang dan Latuhalat.
Kamis, 01 November 2012
Selayang Pandang Negeri Latuhalat
KONDISI GEOGRAFIS
Secara geografis, Negeri Latuhalat berbatasan sebalah timur dengan Negeri Nusaniwe, sebelah utara dengan teluk Ambon luar, serta sebelah barat dan selatan dengan perairan laut Banda. Bukit tertinggi di Latuhalat adalah Gunung Kapal. Negeri Latuhalat memiliki sejumlah pantai yang sangat indah dan merupakan daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Ambon. Pantai – pantai tersebut antara lain Pantai Namalatu, panatai Lelisa, Pantai Mangewangila dan Batu Konde di ujung Tanjung Nusaniwe. Tanaman yang dominan adalah kelapa, pisang dan sebagainya.
HIKAYAT NEGERI LATUHALAT
1. KAMPUNG BANJIR
Di ujung barat jazirah Leitimor yang banyak ditumbuhi pohon kelapa, datanglah seorang kapitan dari Tuban yang mendirikan Negeri Nusaniwe ( = Pulau Kelapa ).
Pada mulanya kapitan ini berdiam di sebuah kampung kecil yang jarang ditumbuhi pepohonan sehingga disebut Eri ( = gundul ). Dengan menggunakan parang, kapitan ini membuat sebuah jalan ke selatan dan mendirikan sebuah perkampungan (uku 1) yang sering dilanda banjir sehingga disebut Ukuhener ( = Kampung Banjir ). Atas usahanya, maka kapitan Tuban ini dijuluki Lopulalan ( Lopu = parang ; Lalan = jalan ) yang menurunkan matarumah raja di negeri Nusaniwe. Lopulalan kemudian menjadikan Ukuhener sebagai pusat kekuasaannya sehingga ia juga dijuluki Latuwaihenna (= Raja di Negeri Berair ). Lopulalan menanamkan kekuasaan tunggalnya di negeri Nusaniwe hingga kedatangan bangsa barat ke pulau Ambon, dimana pada tahun 1538 salah seorang keturunanya yang bernama Sinapati dipermandikan dengan nama babtis de Soiza yang merupakan raja Kristen pertama di Jazirah Leitimor.
@ daftar pustaka by Ferymon
Secara geografis, Negeri Latuhalat berbatasan sebalah timur dengan Negeri Nusaniwe, sebelah utara dengan teluk Ambon luar, serta sebelah barat dan selatan dengan perairan laut Banda. Bukit tertinggi di Latuhalat adalah Gunung Kapal. Negeri Latuhalat memiliki sejumlah pantai yang sangat indah dan merupakan daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Ambon. Pantai – pantai tersebut antara lain Pantai Namalatu, panatai Lelisa, Pantai Mangewangila dan Batu Konde di ujung Tanjung Nusaniwe. Tanaman yang dominan adalah kelapa, pisang dan sebagainya.
HIKAYAT NEGERI LATUHALAT
1. KAMPUNG BANJIR
Di ujung barat jazirah Leitimor yang banyak ditumbuhi pohon kelapa, datanglah seorang kapitan dari Tuban yang mendirikan Negeri Nusaniwe ( = Pulau Kelapa ).
Pada mulanya kapitan ini berdiam di sebuah kampung kecil yang jarang ditumbuhi pepohonan sehingga disebut Eri ( = gundul ). Dengan menggunakan parang, kapitan ini membuat sebuah jalan ke selatan dan mendirikan sebuah perkampungan (uku 1) yang sering dilanda banjir sehingga disebut Ukuhener ( = Kampung Banjir ). Atas usahanya, maka kapitan Tuban ini dijuluki Lopulalan ( Lopu = parang ; Lalan = jalan ) yang menurunkan matarumah raja di negeri Nusaniwe. Lopulalan kemudian menjadikan Ukuhener sebagai pusat kekuasaannya sehingga ia juga dijuluki Latuwaihenna (= Raja di Negeri Berair ). Lopulalan menanamkan kekuasaan tunggalnya di negeri Nusaniwe hingga kedatangan bangsa barat ke pulau Ambon, dimana pada tahun 1538 salah seorang keturunanya yang bernama Sinapati dipermandikan dengan nama babtis de Soiza yang merupakan raja Kristen pertama di Jazirah Leitimor.
@ daftar pustaka by Ferymon
TIMBA LAOR
PANTAI NAMALATU LATUHALAT |
Timba Laor
Laor adalah sebuatan untuk cacing laut yang biasa dikonsumsi orang Ambon. Istilah ini mula2 digunakan orang di Leitimor pulau Ambon, terutama orang2 di semenanjung Nusaniwe (Rumphius, 1705). Di Ternate disebut Wawo, sedangkan di Banda disebut Oelo (Uli), Di Hitu dan Saparua di sebut Melaten, Di Sumba biasa dong bilang Nyale. Laor pung nama ilmiah : Lysidice oelo Horst. Horst adalah peneliti dalam ekspedisi Siboga yang pernah melakukan penelitian tentang Laor. Laor biasa muncul bulan Maret/ April karena pengaruh siklus bulan dan matahari. Hewan ini biasa hidup di karang2 jadi kalo pigi timba laor biasa di atas karang atau dilaut terbuka. Alat yang digunakan voor timba laor biasanya Siru-siru atau tanggo sedangkan alat penerang berupa obor atau lampu petromaks. Laor paling suka cahaya yang terang makanya kalo pigi timba laor harus pake alat penerang supaya akang muncul. Kalo pergi timba laor seng boleh baribot nanti laor masuk ke lobang karang. Sebaiknya bawa perempuan2 yang belum kawin karena laor suka dengan gadis2 (Rumphius, 1705), Maklum...laor muncul ke permukaan air oleh karena musim kawin. Tempat2 yang biasa ramai di Ambon kalo musim timba laor adalah pantai Airlow, dan beberapa sepanjang pantai Latuhalat. Timba Laor merupakan atraksi wisata yang cukup terkenal di Latuhalat pada bulan Maret/April. Laor memiliki kandungan protein kurang lebih 3x dibanding protein ikan dan mengandung vitamin tertentu, misalnya B 12 (Radjawane, 1982)..makanya laor sangat baik untuk dikonsumsikan.
Sejarah Negeri Latuhalat
SEJARAH NEGERI LATUHALAT
SEJARAH TERBENTUKNYA NEGERI LATUHALAT
Dahulu negeri-negeri di semenanjung Nusaniwe berada dalam suatu persekutuan yang disebut Uli Nusaniwe. Uli ini dipimpin oleh seorang raja bergelar Lopulalan. Selain raja Lopulalan terdapat juga terdapat juga pemimimpin-pemimpin lain dalam Uli Nusaniwe sehingga membentuk Pemerintahan Empat Perdana Nusaniwe dengan Uku/Soa (kampung) yang dipimpinnya sebagai berikut :
1.Ukuhener di sekitar bukit Amanila dipimpin oleh seorang Raja dari Tuban bergelar Lopulalan
Ketika Imperialisme barat menanamkan kekuasaanya di Ambon, kekuasan Lopulalan sebagai penguasa Uli Nusaniwe mulai melemah dan negeri-negeri bawahannya mulai melepaskan diri membentuk pemerintahan otonom. Negeri Seilale melepaskan diri dan membentuk negeri Seilale dipimpin oleh Raja Loppies (nama baptis Pattinai) dengan gelar Upu Latu pattinaelai.
@di sadur dari karya ferymon M.
SEJARAH TERBENTUKNYA NEGERI LATUHALAT
Dahulu negeri-negeri di semenanjung Nusaniwe berada dalam suatu persekutuan yang disebut Uli Nusaniwe. Uli ini dipimpin oleh seorang raja bergelar Lopulalan. Selain raja Lopulalan terdapat juga terdapat juga pemimimpin-pemimpin lain dalam Uli Nusaniwe sehingga membentuk Pemerintahan Empat Perdana Nusaniwe dengan Uku/Soa (kampung) yang dipimpinnya sebagai berikut :
1.Ukuhener di sekitar bukit Amanila dipimpin oleh seorang Raja dari Tuban bergelar Lopulalan
2.Ukuhuri di sekitar labuhan Namalatu dipimpin oleh Orang Kaya dari Seraml bergelar Latuhalat
3.Seilale di sekitar dataran Namasula dipimpin oleh seorang Patih dari Gorom bergelar Pattinai
4.Soapapala di sekitar tanjung Nusaniwe dipimpin seorang Kapitan dari Luhu bergelar Risakotta.
3.Seilale di sekitar dataran Namasula dipimpin oleh seorang Patih dari Gorom bergelar Pattinai
4.Soapapala di sekitar tanjung Nusaniwe dipimpin seorang Kapitan dari Luhu bergelar Risakotta.
Ketika Imperialisme barat menanamkan kekuasaanya di Ambon, kekuasan Lopulalan sebagai penguasa Uli Nusaniwe mulai melemah dan negeri-negeri bawahannya mulai melepaskan diri membentuk pemerintahan otonom. Negeri Seilale melepaskan diri dan membentuk negeri Seilale dipimpin oleh Raja Loppies (nama baptis Pattinai) dengan gelar Upu Latu pattinaelai.
Sedangkan Ukuhuri dan Soapapala (sekarang : Waimahu, nama sebuah sungai di kampung ini ) membentuk suatu pemerintahan dalam negeri Latuhalat dipimpin oleh Raja Salhuteru (nama sebenarnya Latuhalat) dengan gelar Upu Latu Jorusana.
Meskipun demikian Seilale dan Ukuhuri-Soapapala tetap berada dalam suatu petuanan yang lazim disebut petuanan Silalatu [ Hal ini dilatarbelakangi Cerita Kenari Bongko - baca Hikayat Negeri Latuhalat, Ferymon 2003). Dengan terbentuknya negeri Seilale dan Latuhalat, maka negeri Nusaniwe hanya meliputi Ukuhener ( sekarang : Airlouw), Erie dan sebuah kampung kecil di selatan yang disebut Hatiari (=Pintu Kota) dipimpin oleh raja de Soiza (na
ma baptis
Lopulalan) dengan gelar Upu Latu Waihenna.
@di sadur dari karya ferymon M.
Soa Negeri Latuhalat
Ada 5 soa di latuhalat yang mana tiap soa di pimpin oleh seorang Kepala Soa
adapun soa soa tersebut :
1. SOA LATU,
Terdiri dari mata rumah
Salhuteru, Latuhihin, Latuputy, Oppier, Angkota, Singaji,
2. SOA TEHUWANY,
Terdiri dari mata rumah
Latumeten, Maulany, Satumalay, Singkeri,
3. SOA TOMAHUAT,
untuk Mata rumah
Lekatompessy,
4. SOA PAPALA,
Terdiri dari mata rumah
Risakotta, Tuhusula, Leasa
5. SOA TUTUWARONG,
Terdiri dari mata rumah
Narua, Tuhumury, Soplantila, Mahulette, Nampasnea.
Sekedar tambahan setiap vam yg satu soa pasti dusunnya saling bersipat.
adapun soa soa tersebut :
1. SOA LATU,
Terdiri dari mata rumah
Salhuteru, Latuhihin, Latuputy, Oppier, Angkota, Singaji,
2. SOA TEHUWANY,
Terdiri dari mata rumah
Latumeten, Maulany, Satumalay, Singkeri,
3. SOA TOMAHUAT,
untuk Mata rumah
Lekatompessy,
4. SOA PAPALA,
Terdiri dari mata rumah
Risakotta, Tuhusula, Leasa
5. SOA TUTUWARONG,
Terdiri dari mata rumah
Narua, Tuhumury, Soplantila, Mahulette, Nampasnea.
Sekedar tambahan setiap vam yg satu soa pasti dusunnya saling bersipat.
Langganan:
Postingan (Atom)